Minggu, 21 Agustus 2011
Sabtu, 20 Agustus 2011
Kesehatan
Penyakit alergi tak melulu disembuhkan dengan obat ataupun suntikan. Belakangan, alergi juga bisa disembuhkan dengan sebuah teknologi mesin. Metode ini disebut dengan terapi bioresonansi yang mampu menyembuhkan alergi dengan frekuensi gelombang elektromagnetik. Tingkat keberhasilannya mencapai 80 persen. ALAT yang digunakan dalam terapi bioresonansi disebut BICOM (Bio Communication) 2000. Alat ini ditemukan oleh Hans Brugemann dari Jerman sekitar tahun 1976, dan dipopulerkan oleh Dr Peter Schumacher untuk menyembuhkan berbagai gangguan kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan alergi. Cara menggunakannya cukup sederhana. Pada proses deteksi dan penyembuhan alergi, pasien duduk di kursi atau berbaring di dekat BICOM 2000. Dari alat tersebut, menjulur kabel yang dihubungkan ke elektroda berupa bola yang dipegang pasien. Dan di bantalan tempat duduk atau pembaringan pasien, terdapat kabel lain yang terhubung ke mesin tersebut. Selanjutnya, frekuensi gelombang alergen akan ditangkap oleh BICOM 2000. Seperti bayangan cermin, gelombang ini dibalik dan menghasilkan pola gelombang yang berguna menyembuhkan alergi. “Setelah terapis memasukkan program penyembuhan yang akan dilakukan dan menekan tombol start, maka proses penyembuhan pun berjalan. Setelah selesai, mesin akan mati dengan sendirinya. Lamanya waktu terapi berkisar antara 15-30 menit,” kata dr Erica Lukman, SpTHT-KL,MQIH yang mempraktikkan terapi ini di kliniknya, Panacea Clinic Balikpapan. Menurut dr Erica, penyembuhan alergi dengan terapi bioresonansi ini tidak menimbulkan rasa sakit. Karena proses penyembuhannya dilakukan tanpa pemberian obat-obatan dan suntikan. Disamping itu, terapi bioresonansi juga dapat dilakukan oleh semua usia, bahkan terhadap bayi sekalipun. “Umumnya, pengobatan medis menggunakan pendekatan ilmu biologi. Sedangkan terapi bioresonansi adalah pengobatan yang menggunakan pendekatan ilmu fisika kuantum, yaitu ilmu fisika yang berdasarkan pada teori Einstein,” ucap dr Erica. Secara singkat, terang Erica, teori dalam fisika kuantum yang mendasari terapi ini adalah, bahwa sebenarnya setiap sel dalam tubuh kita selalu berkomunikasi satu sama lain pada frekuensi tertentu. Jika komunikasi tersebut berjalan harmonis, berarti orang itu berada dalam kondisi sehat. Namun jika toksin atau benda tertentu yang bisa menyebabkan alergi masuk ke tubuh, maka pola frekuensinya akan terganggu dan menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh. “Satu-satunya di Kalimantan yang menggunakan terapi bioresonansi adalah Panacea Clinic. Tapi sebelum dilakukan terapi bioresonansi, pasien yang terserang alergi harus dideteksi dengan menggunakan sebuah alat yang disebut tensor,” tandas Erica. (dha) |
Pesawat Pengganti Hawk Mk-53 Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi
T-50 Golden Eagle | |
---|---|
Tipe | Latih Lanjut Serang ringan |
Produsen | Korean Aerospace Industries Lockheed Martin |
Terbang perdana | 20 Agustus 2002[1] |
Diperkenalkan | 22 Februari 2005[2] |
Status | Operational |
Pengguna | AU Republik Korea |
Jumlah produksi | 100+[1][3] |
Harga satuan | US$22 juta[4] |
T-50 Golden Eagle adalah pesawat latih supersonik buatan Amerika-Korea. Dikembangkan oleh Korean Aerospace Industries dengan bantuan Lockheed Martin.[5] Program ini juga melahirkan A-50, atau T-50 LIFT, sebagai varian serang ringan.[1]
Walaupun militer Amerika Serikat tidak ada rencana untuk membeli pesawat ini , tapi penamaan militer amerika secara resmi diminta untuk pesawat ini guna menghindari konflik penamaan dikemudian hari.[6]
Pengembangan
Program T/A-50 dimaksudkan sebagai pengganti dari berbagai pesawat latih dan serang ringan. Ini termasuk T-38 dan F-5B untuk pelatihan dan Cessna A-37BClose Air Support; yang dioperasikan AU Republik Korea.[rujukan?] Program ini pada awalnya dimaksudkan untuk mengembangkan pesawat latih secara mandiri yang mampu mencapai kecepatan supersonik untuk melatih dan mempersiapkan pilot bagi pesawat KF-16 (F-16 versi Korea).[7] T-50 mmembuat Korea Selatan menjadi negara ke-12 yang mampu memproduksi sebuah pesawat tempur jet yang utuh.[8] Beberapa produk korea lainnya adalah KT-1 produk Samsung Aerospace (sekarang bagian dari KAI), dan produk lisensi KF-16. Sebagian besar sistem utama dan teknologinya disediakan oleh Lockheed Martin, secara umum bisa disebut T/A-50 mempunyai konfigurasi yang mirip dengan KF-16.[7]
Pengembangan pasawat ini 13% dibiayai oleh Lockheed Martin, 17% oleh Korea Aerospace Industries, dan 70% oleh pemerintah Korea Selatan.[9] KAI dan Lockheed Martin saat ini melakukan program kerjasama untuk memasarkan T-50 untuk pasar internasional.
Program induknya, dengan nama kode KTX-2, dimulai pada 1992,[3] tapi Departemen Keuangan dan Ekonomi menunda program KTX-2 pada 1995 karena alasan finansial.[10] with the initial design of the aircraft, in 1999. It was renamed T-50 Golden Eagle in February 2000, with the final assembly of the first T-50 taking place between 15 January, 2001.[rujukan?] Penerbangan pertama T-50 terjadi pada Agustus 2002, dan pengujian tugas operasional pertama mulai Juli 28 sampai 14 Agustus, 2003.[1] Angkatan Udara Korsel menandatangani kontrak produksi untuk 25 T-50 pada Desember 2003, dan pengiriman dijadwalkan pada 2005 sampai 2009.[9]</ref>
varian lain dari T-50 Golden Eagle termasuk pesawat serang ringan A-50, dan pesawat yang lebih canggih FA-50. The A-50 variant is an armed version of the T-50 as a stable platform for both free-fall and precision-guided weapons. FA-50 is an A-50 modified with an AESA radar and a tactical datalink which are not yet specified.[rujukan?] As part of the A-37 retirement-out program to be completed by 2015, sixty A-50's will be in service for the South Korean air force by 2011.[11]
Persenjataan
Kanon 20 mm General Electric M61 Vulcan dengan 205 peluru diumpankan linear tanpa sambungan (linkless linear feed) yang bisa dipasang internal tepat di belakang kokpit.[9] Sebuah rudal udara keudara pencari panas AIM-9 Sidewinder bisa dipasangkan pada setiap rel di ujung sayap, dan rudal-rudal yang lain bisa dipasang di cantelan bawah sayap.[9] Senjata udara ke darat yang kompatibel diantaranya adalah rudal AGM-65 Maverick, peluncur roket LAU-3 dan LAU-68 , bom kluster CBU-58 and Mk-20, dan bom multiguna Mk-82, Mk-83, dan Mk-84 .[1] Tiga tangki bahan bakar minyak eksternal bisa juga dipasang dipesawat ini.[1]
Operator
- Republik Korea
- Republik Indonesia, 16 Pesawat, Dikirimkan 2013[12]
Spesifikasi
Karakteristik umum
- Kru: 2
- Panjang: 42 ft 7 in
- Lebar sayap: 30 ft 1 in
- Tinggi: 15 ft 8.25 in
- Bobot kosong: 14,200 lb
- Bobot maksimum lepas landas: 26,400 lb
- Mesin: 1× General Electric F404 afterburning turbofan
- Dorongan kering: 11,925 lbf
- Dorongan dengan pembakar lanjut: 17,775 lbf
Kinerja
- Laju maksimum: Mach 1.4
- Jarak jangkau: 1,150 mi
- Batas tertinggi servis: 48,000 ft
Persenjataan
- Guns: 1× M61A1 Vulcan 20 mm Gatling gun
- Rockets: LAU-3/68
- Missiles:
- Air-to-air: 2× AIM-9 Sidewinder
- Air-to-ground: 6× AGM-65 Maverick
- Bombs: 5× CBU-58 cluster, 9× Mk 82, 3× Mk 83/MK 84, and 9× Mk 20.
Langganan:
Postingan (Atom)